JAKARTA – Sebanyak 75 negara resmi menandatangani Statuta International Renewable Energy Agency (IRENA) pada tanggal 26 Januari 2008, di World Conference Center, Bonn, Jerman. Penandatanganan ini menandai berdirinya IRENA sebagai organisasi multilateral yang fokus pada pengembangan energi terbarukan di tingkat internasional.
Pembentukan IRENA dan Peran Jerman
Pembentukan IRENA ini merupakan hasil inisiatif dari Jerman, yang pada saat itu bertindak sebagai Ketua Konferensi bersama dengan Denmark dan Spanyol. Konferensi yang dikenal dengan nama Founding Conference of the International Energy Agency ini dibuka oleh Menteri Lingkungan, Konservasi Alam, dan Keselamatan Nuklir Jerman, Sigmar Gabriel. Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari enam organisasi antar pemerintah dan empat organisasi terkait energi terbarukan dari berbagai negara, termasuk perwakilan Indonesia yang hadir melalui KBRI Berlin.
Pesan Pembuka Menteri Sigmar Gabriel
Dalam sambutannya, Menteri Sigmar Gabriel menekankan bahwa pembentukan IRENA adalah langkah penting untuk menciptakan wadah baru yang dapat mendukung pengembangan energi terbarukan secara global. Hal ini sangat penting, mengingat bahwa penggunaan energi terbarukan kini tidak hanya dilakukan oleh negara-negara maju, tetapi juga negara berkembang.
Tanda Komitmen Negara-Negara terhadap Energi Terbarukan
Pada konferensi tersebut, dari total 125 negara peserta, sebanyak 75 negara menandatangani Statuta yang menandai lahirnya IRENA. Penandatanganan ini mencerminkan komitmen kuat negara-negara tersebut dalam mendukung pengembangan energi terbarukan, yang dianggap sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional dan lebih ramah lingkungan.
Kekhawatiran Terhadap Efektivitas IRENA
Namun, meski banyak negara yang mendukung pembentukan IRENA, beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Cina, Rusia, dan Brasil, serta Indonesia, tidak ikut menandatangani Statuta tersebut. Delegasi Jepang, misalnya, mengungkapkan bahwa Jepang lebih memilih kerjasama bilateral sebagai pendekatan yang lebih efektif dalam membantu negara berkembang dalam mengembangkan energi terbarukan. Selain itu, Jepang juga menyatakan keberatannya terhadap penilaian kontribusi yang diterapkan oleh IRENA.
Tantangan dan Harapan untuk IRENA
Meskipun demikian, pembentukan IRENA tetap dianggap sebagai langkah positif dalam mendorong globalisasi penggunaan energi terbarukan. Harapannya, dengan dukungan dari negara-negara yang telah menandatangani Statuta ini, IRENA dapat memainkan peran penting dalam mempercepat transisi energi menuju sumber daya yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan di seluruh dunia.
Kesimpulan
Pembentukan IRENA oleh 75 negara pada tahun 2008 menjadi tonggak penting dalam upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan. Meskipun beberapa negara besar tidak ikut serta, IRENA tetap diharapkan dapat menjadi platform bagi kolaborasi internasional dalam mengatasi tantangan energi global dan mendukung keberlanjutan lingkungan.