Rusia Siaga Perang Nuklir: Targetnya Utama Negara Sebagai Berikut

banner 468x60

Batararayamedia.co.id – Rusia, yang memiliki persediaan hulu ledak nuklir terbesar di dunia, baru-baru ini meluncurkan revisi doktrin nuklirnya yang mengubah ambang batas keterlibatan nuklir negara tersebut. Dalam perubahan ini, Moskow mengindikasikan kesiapan untuk menggunakan senjata nuklir dalam menghadapi ancaman yang semakin besar, meskipun tetap tidak menginginkan eskalasi ke perang nuklir.

Perubahan Doktrin Nuklir Rusia dan Dampaknya

Pemerintah Rusia, di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, kini menegaskan bahwa serangan terhadap negara tersebut, yang melibatkan “partisipasi atau dukungan dari kekuatan nuklir,” akan dianggap sebagai “serangan bersama mereka terhadap Federasi Rusia.” Revisi ini tampaknya merespons potensi ancaman, terutama terkait dengan kemungkinan Ukraina yang bisa menyerang target dalam wilayah Rusia menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok oleh sekutu-sekutu Barat.

banner 336x280

Alexey Malinin, pendiri Pusat Interaksi dan Kerja Sama Internasional yang berbasis di Moskow, menjelaskan bahwa dari perspektif Rusia, penilaian ulang terhadap kemampuan nuklir negara tersebut diperlukan untuk menghadapai ancaman yang semakin besar dari negara-negara Barat.

Kekhawatiran Terhadap Ancaman dari Barat dan NATO

Malinin menekankan bahwa meskipun Rusia tidak ingin menggunakan senjata nuklir karena kesadaran akan konsekuensi serius dari tindakan tersebut, mereka merasa “terpaksa” untuk menunjukkan kesiapan dalam mempertahankan integritas dan kedaulatan negara dengan segala cara yang memungkinkan. Hal ini terkait dengan pasokan senjata kepada Ukraina, termasuk jet tempur F-16 dan rudal jarak jauh ATACMS dari Amerika Serikat, serta pembangunan infrastruktur militer NATO di sekitar perbatasan Rusia, seperti di Finlandia.

Ketegangan Meningkat di Eropa Timur

Rusia mengklaim bahwa meskipun menghindari penggunaan senjata nuklir, mereka berada di bawah tekanan untuk merespons ancaman yang semakin meningkat, baik dari negara-negara Barat maupun NATO. Pasokan senjata oleh Barat, yang memperkuat kekuatan militer Ukraina, menjadi salah satu alasan Moskow mengubah doktrin nuklirnya untuk melindungi kedaulatan negara.

Namun, perubahan ini memicu kekhawatiran di kalangan kritikus pemerintah Rusia. Beberapa pihak merasa bahwa langkah ini dapat memicu bencana kemanusiaan besar di kawasan tersebut.

Risiko Perang Nuklir dan Konsekuensinya

Politisi yang diasingkan, Leonid Gozman, menyoroti bahwa Putin tidak memiliki hambatan moral untuk menggunakan senjata nuklir. Dalam tulisannya di surat kabar Novaya Gazeta, ia mengingatkan bahwa pemimpin Rusia saat ini siap menyerang kapan saja jika diperlukan, berlawanan dengan prinsip lama Uni Soviet yang menghindari serangan nuklir pertama.

Gozman juga mengingatkan bahwa Putin tidak peduli terhadap potensi korban jiwa, baik di Ukraina maupun di pihak Rusia sendiri, yang bisa terpapar radiasi dalam konflik nuklir.

Perbandingan Kekuatan Nuklir Rusia dan AS

Sebagai informasi, Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Ukraina, memiliki kekuatan nuklir terbesar kedua di dunia dengan 5.224 hulu ledak nuklir, sementara Rusia memiliki 5.889 hulu ledak. Meskipun baru-baru ini Amerika Serikat memberikan bantuan tambahan kepada Ukraina, izin untuk penggunaan senjata tersebut tidak melampaui apa yang telah disetujui sebelumnya.

Kesimpulan

Dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, potensi eskalasi menjadi perang nuklir tetap menjadi ancaman serius. Sementara Rusia tampaknya tidak ingin menggunakan senjata nuklir, mereka merasa perlu untuk menegaskan kesiapan menghadapi ancaman eksternal. Pengembangan infrastruktur militer NATO dan dukungan Barat terhadap Ukraina semakin memperburuk ketegangan ini, yang dapat berpotensi memicu bencana kemanusiaan atau bahkan konflik nuklir regional.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *